Tuesday, December 6, 2016

Joko Purwadi : Pengabdi Kaum Disabilitas / Part4

  No comments


baca part1, part2, dan part3 
 
Joko pensiun sabagai seorang Tentara Angkatan Darat pada 1 April 2013. Dengan jabatan terakhir Kepala Sekretariat Umum Kodam 6 Mulawarman di Balikpapan. Namun setelah pensiun sebagai seorang tentara, tidak menghentikan Joko untuk mendarmabaktikan diri kepada Ibu Pertiwi. Ia terobsesi untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang bersifat sosial. Beberapa saat setelah pensiun, Joko mendapat tawaran untuk berkegiatan sosial di YPCM. Tanpa berfikir panjang ia langsung menerima tawaran itu. Pada masa awal darmabaktinya di YPCM Joko hanya melakukan pekerjaan membantu apa saja yang bisa ia bantu. Namun dalam perjalanannya ia melihat ada hal yang perlu dibenahi pada YPCM. Yaitu ketertiban administrasi dan keungan yang ia rasa kurang beres. Lalu Pembina dan pengawas YPCM menugaskan ia sebagai ketua hingga saat ini. Seperti dayung bersambut, sesuai dengan niat Joko untuk menjadi manusia yang bermanfaat sampai dirinya sudah tidak mampu lagi.
Sari, salah satu penyandang disabilitas yang bertugas sebagai penjaga showroom YPCM memberikan sedikit kesan nya terhadap Joko. Wanita pramuniaga yang telah bekerja sejak tahun 2008 itu mengatakan bahwa : sejak diketuai Joko keadaan di YPCM menjadi lebih baik dan mendapat lebih banyak order. Sari berada di YPCM bersama suaminya Anton yang bekerja di bagian produksi. Mereka bekerja enam hari seminggu, mulai dari pukul 08.00 – 15.30.
Sampai saat nya di bagian harapan. Harapan Joko tentunya. Ia mengungkapkan, bahwa sebenarnya penyandang disabilitas memiliki banyak kemampuan dalam berbagai hal. Ia sendiri mengatakan jikalau produk yang dihasilkan pekerja YPCM sama kualitasnya dengan produk orang normal. Mereka hanya memerlukan perjuangan untuk mendapatkan pengakuan dan komunitas untuk memberikan rasa nyaman. Karena pada kenyataan yang Joko ketahui, bahwa pekerja penyandang disabilitas sering merasa tidak kerasan (betah), atau dibuat tidak kerasan jika menjadi pekerja diluar sana. Namun hal ini tidak mematahkan semangat mereka. Bahkan salah satu penyandang disabilitas yang pernah bergabung dengan YPCM telah berhasil mendirikan usaha mandiri. Membangun bengkel las sendiri dengan pekerja yang juga penyandang disabilitas.  Itu lah harapan terbesar Joko. Bahwasanya mereka yang dibina di YPCM mampu mandiri menghidupi.
Joko mengakui masih banyak hal yang belum memenuhi harapan kehidupan difabel di Yogyakarta. Ada gagasan dari teman Joko yang juga penyandang disabilitas untuk menjadikan Yogyakarta sebagai kota ramah difabel. Hal ini tentu memerlukan proses yang panjang dan tidak bisa tercapai jika hanya disuarakan saja. Perlu pelaksanaan dari kata – kata. Impian Joko, Yogyakarta bisa menjadi percontohan kota ramah difabel dan ini tentu saja akan memberikan nilai plus untuk kota Pelajar itu sendiri.
Joko juga mempunyai pengharapan untuk penyandang disabilitas pada bidang pendidikan. Ia menyadari bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama dibidang akademis. Perguruan Tinggi diharapkan Joko bisa menerima mereka, jika memang mereka memiliki kemampuan dan kemauan untuk menimba ilmu. Jangan dipandang sebelah mata, beri mereka kesempatan dan kepercayaan untuk mampu bersaing. Begitulah kalimat terakhir yang disampaikan Joko hari itu, bersamaan dengan selesainya semua manik – manik yang sedang ia bersihkan.

No comments :

Post a Comment